Latar Belakang
Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel melakukan serangkaian serangan udara dan operasi militer di Gaza, meskipun terdapat kesepakatan gencatan senjata sebelumnya.
Serangan ini terjadi di tengah kondisi kemanusiaan yang sudah genting di Gaza—termasuk pemadaman listrik berkepanjangan dan akses bantuan yang sangat terbatas.
Kronologi Serangan Terbaru
- Pada tanggal 9 November 2025, militer Israel melanjutkan serangan di Gaza dan West Bank, termasuk pemboman dan penghancuran infrastruktur.
- Pada 10 November, serangan udara dan penggunaan drone menyasar Gaza City dan wilayah selatan Gaza, menewaskan warga sipil termasuk anak‑anak.
- Sampai 11 November, tiga orang tewas dalam 24 jam terakhir menurut kementerian kesehatan Gaza, sementara ratusan mayat belum teridentifikasi.
Dampak & Isu Kemanusiaan
Serangan ini memunculkan berbagai dampak langsung dan tidak langsung:
- Korban sipil: anak‑anak dan wanita masuk kategori korban.
- Kerusakan infrastruktur: listrik, air bersih, rumah rusak signifikan—lebih dari 80% infrastruktur listrik Gaza rusak atau tak berfungsi.
- Krisis bantuan: akses ke bantuan kemanusiaan terhambat karena blokade dan serangan terus‑menerus.
- Konflik hukum dan moral: organisasi PBB dan pengamat internasional menyebut beberapa tindakan bisa melanggar hukum humaniter internasional.
Reaksi Internasional & Pihak Terkait
- Pihak Palestina mengecam keras serangan yang berlangsung meskipun gencatan senjata, menyebutnya sebagai eskalasi pengkhianatan.
- Pihak Israel menyatakan serangan sebagai respons terhadap ancaman “teror” dan menyebut sasaran adalah infrastruktur militan.
- Lembaga internasional seperti International Court of Justice (ICJ) menyatakan bahwa Israel memiliki kewajiban untuk menjamin kebutuhan dasar warga Gaza selama pendudukan.
Kelanjutan Kasus & Prospek
- Meskipun ada gencatan senjata, serangan masih berlanjut, menunjukkan bahwa situasi tetap rapuh dan tidak stabil.
- Penyidikan terhadap potensi pelanggaran hukum humaniter: dengan bukti kerusakan infrastruktur vital dan korban sipil, akan ada tekanan internasional agar ada pertanggungjawaban.
- Isu kemanusiaan akan tetap mendesak: pemulihan listrik, air, rumah, dan bantuan akan menjadi fokus jangka menengah.
- Diplomasi: negara‑negara besar dan organisasi internasional akan terus mendorong agar konflik ini tidak melebar dan agar akses kemanusiaan dibuka kembali.
Kesimpulan
Penyerangan terbaru Israel di Gaza menegaskan bahwa meskipun terdapat gencatan senjata formal, situasi perang tetap aktif dan warga sipil terus menjadi korban. Transisi dari konflik militer ke krisis kemanusiaan semakin nyata. Ke depan, selain tindakan militer, aspek pemulihan, hukum internasional, dan diplomasi akan memegang peranan penting. Untuk pembaca di Indonesia dan global, penting memahami bahwa konflik ini tidak hanya soal front perang melainkan juga dampaknya terhadap kehidupan sehari‑hari warga dan bagaimana masyarakat internasional meresponnya.