Site icon thammyvienvip

Tradisi Mermule: Warisan Sakral Masyarakat Indramayu

Pengantar

Di tengah arus modernisasi budaya, salah satu tradisi lokal di Provinsi Jawa Barat tetap lestari: tradisi Mermule. Tradisi ini bukan hanya ritual biasa, melainkan cerminan penghormatan terhadap leluhur dan penguatan nilai sosial dalam komunitas.


Asal Usul & Makna

“Mermule” berasal dari bahasa setempat yang mengandung dua arti: mula (permulaan) dan mulia.
Tradisi ini tumbuh di wilayah Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, dan juga di beberapa desa lainnya di Indramayu.
Tujuan utama tradisi Mermule adalah:


Rangkaian Ritual

Pelaksanaan tradisi Mermule biasanya meliputi:

  1. Ziarah ke makam leluhur: Warga berkumpul di lokasi makam tokoh adat atau ulama.
  2. Tahlil atau doa bersama: Prosesi keagamaan dan doa diberikan untuk almarhum dan keselamatan warga.
  3. Ngunjung / makan bersama: Warga membawa makanan untuk dimakan bersama sebagai simbol kebersamaan.
  4. Pengambilan air suci oleh perempuan (di beberapa desa): Misalnya “perawan buyung” mengambil air dari sumur suci peninggalan leluhur.

Waktu & Lokasi Pelaksanaan

Tradisi ini digelar secara rutin setiap tahun, umumnya minggu‑minggu terakhir bulan September di Desa Tambi.
Di lokasi lain seperti Desa Puntang dan Desa Tukdana di Indramayu, tradisi sejenis disebut “Unjungan” dan dilaksanakan antara bulan Muharram dan Safar.


Peran Sosial dan Budaya

Tradisi ini memiliki beberapa fungsi penting:


Tantangan & Peluang Pelestarian

Meski masih dilaksanakan, terdapat tantangan seperti:


Kesimpulan

Tradisi Mermule bukan sekadar ritual tahunan, tapi jembatan antara masa lalu dan masa kini—antara penghormatan terhadap leluhur dan kehidupan sosial komunitas dewasa ini. Dengan memahami makna, rangkaian ritual, dan nilai‑nilai yang dikandungnya, kita dapat turut berpihak pada pelestarian warisan budaya lokal yang kaya dan bermakna.

Exit mobile version