Sejumlah anggota TNI mengobrol saat mengikuti apel Operasi Lilin di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2022). Operasi untuk pengamanan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 yang dinamakan Operasi Lilin ini digelar Polri bersama sejumlah institusi terkait. Operasi Lilin digelar dari tanggal 22 Desember 2022 hingga 3 Januari 2023. Sebanyak 52.636 titik di Indonesia menjadi fokus pengamanan operasi tersebut. Sedangkan untuk total personel gabungan yang diturunkan untuk operasi ini sebanyak 166.322 personel gabungan yang ditempatkan pada 1.845 pos pengamanan, 695 pos pelayanan, dan 89 pos terpadu. Kementerian Perhubungan memprediksi akan ada sekitar 44,9 juta orang yang akan melaksanakan pergerakan dalam aktivitas Natal dan Tahun Baru. Fakhri Fadlurrohman (Z19) 22-12-2022

Militer dan pemerintahan harus dipisahkan untuk menjaga prinsip demokrasi dan kestabilan negara.
Pemisahan ini penting agar negara dapat berjalan dengan transparansi dan keadilan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa militer seharusnya tidak berperan dalam sipil.

Pentingnya Menjaga Prinsip Demokrasi

Demokrasi Memerlukan Pemerintahan Sipil

Salah satu prinsip dasar demokrasi adalah adanya pemerintahan sipil yang dipilih oleh rakyat.
Pemerintah yang dipilih secara langsung melalui pemilu mencerminkan kehendak rakyat.
Jika militer masuk dalam pemerintahan, maka kebebasan untuk memilih pemimpin bisa terancam.
Pemerintahan sipil menjamin adanya representasi dari masyarakat dalam setiap kebijakan yang diambil.

Kekuasaan Tidak Boleh Terpusat

Jika militer terlibat dalam pemerintahan, kekuasaan bisa terkonsentrasi pada segelintir orang.
Prinsip demokrasi mengedepankan adanya pembagian kekuasaan yang saling mengawasi.
Dengan adanya pembagian kekuasaan, setiap kebijakan bisa lebih transparan dan bertanggung jawab.
Militer yang terlibat politik dapat mengganggu sistem checks and balances yang sudah ada.


Netralitas Militer yang Harus Dijaga

Tugas Utama Militer Adalah Keamanan

Militer bertugas untuk menjaga kedaulatan negara dan keamanan nasional, bukan terlibat dalam politik.
Jika militer terlibat dalam pemerintahan, fungsi utamanya sebagai penjaga keamanan bisa terpengaruh.
Mereka bisa kehilangan fokus terhadap ancaman nyata yang dapat merusak negara.
Netralitas militer sangat penting agar mereka tetap profesional dalam menjaga perdamaian.

Menghindari Konflik Kepentingan

Militer yang berpolitik berisiko mengalami konflik kepentingan antara tugasnya sebagai penjaga negara dan keterlibatannya dalam politik.
Hal ini bisa menyebabkan kebijakan yang tidak objektif, merugikan kepentingan rakyat.
Pemisahan antara militer dan politik sangat penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil selalu berpihak pada kepentingan nasional.


Risiko Rezim Militer dan Kediktatoran

Pengalaman Negara dengan Rezim Militer

Di beberapa negara yang diterapkan rezim militer, seperti Myanmar, Sudan, dan beberapa negara Afrika, dampaknya sangat besar.
Rezim semacam ini sering kali menekan kebebasan sipil dan hak asasi manusia.
Militer yang berkuasa dapat menerapkan kontrol yang sangat ketat terhadap masyarakat, mengabaikan prinsip demokrasi.
Kejadian-kejadian seperti ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga pemisahan antara militer dan pemerintahan.

Potensi Kudeta dan Ketidakstabilan

Militer yang terlibat dalam pemerintahan dapat memicu potensi kudeta atau pergantian rezim secara paksa.
Sejarah mencatat beberapa kali terjadinya pergantian pemerintahan oleh militer yang menyebabkan ketidakstabilan negara.
Pemerintahan yang diambil alih militer tidak selalu mencerminkan kehendak rakyat, melainkan lebih pada kepentingan kelompok tertentu.


Ancaman terhadap Stabilitas Sosial dan Politik

Meningkatkan Politisasi Militer

Militer yang terlibat dalam politik dapat menyebabkan perpecahan di dalam angkatan bersenjata.
Ketika militer terlibat dalam pemerintahan, mereka dapat terbagi menjadi kelompok yang mendukung pihak tertentu.
Hal ini menyebabkan ketegangan dan polarisasi yang merugikan stabilitas sosial dan politik.
Pemisahan yang jelas antara militer dan pemerintah sipil akan menghindari polarisasi ini.

Menurunkan Kekuatan Pertahanan Negara

Militer yang terlalu fokus pada politik berisiko mengabaikan tugas utamanya sebagai penjaga keamanan negara.
Jika militer terlibat dalam pemerintahan, mereka akan menghadapi kesulitan untuk menjaga kekuatan pertahanan negara.
Konsentrasi mereka akan terbagi, yang berpotensi menurunkan kesiapan negara dalam menghadapi ancaman eksternal.


Menjaga Keadilan dan Hak Asasi Manusia

Pemerintahan Sipil Lebih Transparan

Pemerintah yang dijalankan oleh sipil lebih mudah dipertanggungjawabkan.
Mereka harus mengikuti prinsip-prinsip hukum dan transparansi dalam setiap kebijakan yang diambil.
Jika militer terlibat, mereka bisa menekan kebebasan sipil, termasuk kebebasan berbicara dan hak asasi manusia.

Perlindungan terhadap Kebebasan Sipil

Kebebasan individu dan hak asasi manusia adalah landasan utama dalam sebuah negara demokratis.
Militer yang terlibat dalam pemerintahan bisa menjadi alat untuk menekan kebebasan ini.
Masyarakat yang tidak bisa menyuarakan pendapatnya akan hidup dalam ketakutan dan kurangnya keadilan.

Militer tidak boleh terlibat dalam pemerintahan karena dapat mengancam prinsip demokrasi, netralitas militer, dan stabilitas negara.
Pemerintahan yang dijalankan oleh sipil memberikan ruang bagi partisipasi masyarakat dan menjaga transparansi.
Keberadaan militer harus terfokus pada tugasnya menjaga kedaulatan negara dan bukan terlibat dalam politik.
Negara yang memisahkan antara militer dan pemerintahan sipil cenderung lebih stabil dan aman.
Dengan menjaga pemisahan ini, negara dapat lebih fokus pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *